ANEMIA BISA GANGGU TUMBUH KEMBANG ANAK

Pernahkah Sobat Sehat memperhatikan apakah anak atau saudara yang masih kecil anda pucat ? Kalau belum pernah, sebaiknya mulailah mengenali kondisi pucat karena bisa saja ini merupakan gejala anemia atau kurang darah. Banyak masyarakat yang mengiria bahwa anemia hanya bisa dijumpai pada orang dewasa saja. Jangan salah, anak kecil pun bisa menderita penyakit ini.


Pada anak-anak, jenis anemia yang paling sering terjadi adalah Anemia Defisiensi Besi (ADB), atau anemia yang disebabkan karena kurangnya kadar zat besi di dalam tubuh. ADB bisa terjadi sejak masa kehamilan dan juga saat masa tumbuh kembang anak. ADB yang terjadi pada masa kehamilan dapat meningkatkan resiko kematian bayi. Sedangkan, ADB yang terjadi saat masa tumbuh kembang anak disebabkan oleh banyak faktor seperti susu formula yang rendah zat besi, kurangnya asupan zat besi dari makanan, malabsorpsi, cacingan, hingga penyakit tertentu seperti thalassemia. Kekurangan vitamin B12 dan asam folat merupakan penyebab lain anemia pada anak-anak meskipun lebih jarang dijumpai.


Akibat dari kurangnya zat besi, pembentukan sel darah merah di dalam tubuh menjadi tidak tercukupi. Seperti halnya sel-sel lain pada tubuh manusia, sel darah merah memiliki umur tertentu, yaitu sekitar 120 hari. Setelah melewati umur tersebut, sel darah merah akan dihancurkan oleh tubuh. Sel darah merah yang dihancurkan akan digantikan oleh sel darah merah baru yang diproduksi oleh sumsum tulang. Pada beberapa keadaan, penghancuran sel darah merah ini terjadi berlebihan sedangkan produksi sel darah merah tidak dapat menutupi kekurangan sel darah merah akibat penghancuran tersebut. Penyakit yang terjadi melalui mekanisme ini adalah thalassemia.



Gejala ADB pada anak-anak antara lain adalah kulit pucat yang berlangsung lama (kronis), lemas, mudah lelah, mudah mengantuk, sering mengeluh pusing, gangguan prestasi belajar karena sulit berkonsentrasi, menurunnya daya tahan tubuh (mudah infeksi), dan gangguan perilaku sosial. Pucat adalah gejala umum anemia yang paling mudah ditemukan, yang merupakan manifestasi klinis akibat rendahnya kadar hemoglobin atau kurangnya sel darah merah dalam tubuh. Biasanya, kulit yang pucat ini dapat dilihat pada kelopak mata, bibir, telapak tangan, atau dasar kuku.



Anemia pada anak dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya. Dalam melakukan aktivitas fisik, kebugaran anak ikut terpengaruh sehingga sering menyebabkan anak mudah pingsan saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik lainnya. 


Untuk mencegah anemia pada anak-anak sejak dini, berikut ini tips nya :


1.  Berikan ASI eksklusif hingga usia bayi minimal 6 bulan. Meskipun kandungan zat besi ASI lebih rendah daripada susu sapi, akan tetapi tingkat penyerapannya dalam tubuh relatif lebih tinggi (50 %).


2. Berikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang mengandung zat besi pada waktu yang tepat, yaitu usia anak 6 bulan. Contoh MPASI yang mengandung zat besi adalah ikan, hati, kuning telur, dan daging tanpa lemak. 


3. Berikan juga MPASI yang mengandung vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Contohnya brokoli, jus tomat, jeruk, stroberi.


4. Kenali dan batasi makanan yang menghambat serta menurunkan penyerapan zat besi seperti golongan tanin (teh, cokelat, jus apel, kacang tanah), polifenol (kacang polong, gandum), dan kalsium (pada susu). 


5. Jaga selalu kebersihan lingkungan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi bakteri dan parasit yang dapat menyebabkan anak cacingan.


6. Penanganan medis.  Tidak ada salahnya bila Anda memberikan suplemen zat besi dan vitamin C pada anak yang mengalami ADB. Namun, cara mengobati anemia harus sesuai dengan kondisi medis anak tersebut. Sehingga, dengan diketahui apa penyebabnya dapat diberikan terapi pengobatan yang tepat.


Oleh karena itu, jika adik kecil atau anak Anda mengalami gejala-gejala anemia seperti yang telah disebutkan, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter. Informasi produk suplemen zat besi dan vitamin C untuk anak-anak, dapat Anda lihat di www.obat24.com.



Sumber : idai.or.id