Sobat Sehat sering mendengar istilah “kurang darah” atau “darah rendah”? Makna dari kedua istilah tersebut sebenarnya amat berbeda. Namun, masih banyak orang yang salah kaprah menggunakan keduanya untuk menunjuk kondisi seseorang yang sering merasakan lemah, letih, dan lesu. Nah, apa sih perbedaan darah rendah dan kurang darah?
1. Kurang Darah
Kurang darah (anemia) adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan bulir-bulir sel darah merah. Hal ini ditunjukkan dengan kadar hemoglobin (Hb) darah yang kurang dari normal ketika dilakukan tes darah menggunakan Hb Meter.
Hemoglobin adalah suatu protein yang terdapat pada sel darah merah (eritrosit). Fungsinya untuk membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Kadar Hb normal pada wanita adalah 12 – 16 gr/dl, pria 14 – 18 gr/dl, anak-anak 10 – 16 gr/dl, dan pada bayi yang baru lahir 12 – 24 gr/dl.
Kurangnya kadar Hb dalam darah menyebabkan suplai oksigen ke seluruh tubuh pada penderita anemia berkurang. Padahal, oksigen diperlukan dalam proses metabolisme untuk menghasilkan energi. Karena energi yang dihasilkan sedikit, maka penderita anemia sering mengeluh tubuhnya lemah (fatigue). Gejalanya bervariasi, mulai dari kelelahan, muka pucat, jantung berdetak cepat tak beraturan, sesak napas, nyeri dada, pening, tangan-kaki-kepala terasa dingin, hingga gangguan kognitif.
Penyebab paling umum anemia adalah kekurangan zat besi (Fe). Anemia defisiensi besi ini lebih sering terjadi pada wanita karena setiap bulannya wanita kehilangan darah pada saat menstruasi.
2. Darah Rendah
Darah rendah (hipotensi) merupakan kebalikan dari darah tinggi (hipertensi). Berbeda dengan anemia, darah rendah lebih mengacu pada kondisi tubuh yang memiliki tekanan darah kurang dari normal (120/80 mmHg) yaitu 90/60 mmHg ketika diukur menggunakan tensimeter. Gejalanya antara lain pening hingga terasa ingin pingsan, mual, kehilangan keseimbangan, kurangnya konsentrasi, penglihatan kabur, dan mendadak haus.
Dilihat dari gejala-gejala yang timbul antara anemia dan hipotensi memang cukup mirip. Namun, Orang yang mengalami hipotensi belum tentu menderita anemia, dan sebaliknya (kecuali pada kasus tertentu). Selain itu, penanganan untuk kedua kondisi ini tidaklah sama.
Anemia dapat diatasi berdasarkan penyebabnya. Misalnya, anemia defisiensi besi bisa diatasi dengan suplemen makanan yang mengandung zat besi. Sedangkan, untuk mengatasi hipotensi dapat dilakukan dengan istirahat dan minum air putih yang cukup, serta pola makan teratur. Asupan garam juga dapat mencegah terjadinya hipotensi.
Nah, sudah lebih paham kan Sobat Sehat? Jangan keliru lagi ya menggunakan dua istilah tersebut. Salam Sehat.