Sudah bertahun-tahun demam berdarah menjadi momok yang mengerikan bagi warga Indonesia. Sudah ribuan orang penduduk Indonesia yang terenggut nyawanya oleh penyakit yang satu ini. Dulu, salah satu alasan yang menyebabkan demam berdarah menjadi penyakit mematikan adalah karena belum adanya vaksin untuk demam berdarah. Namun, sejak Desember 2015, vaksin DBD telah diproduksi. Salah satu industri farmasi yang memproduksi vaksin demam berdarah adalah Sanofi. Sudah jutaan anak di seluruh dunia menerima vaksin demam berdarah dari perusahan farmasi tersebut.
Beberapa saat lalu, Sanofi mengeluarkan imbauan bahwa vaksin Dengvaxia yang merupakan vaksin demam berdarah mungkin tidak aman untuk semua orang. Bahkan menurut studi jangka panjang yang diadakan oleh Sanofi, pada beberapa kasus vaksin tersebut malah memperparah penyakit. Sebagai reaksi atas imbauan Sanofi tersebut pemrintah Filipina memilih untuk menghentikan program imunisasinya yang menggunakan vaksin tersebut. Sejauh ini, di Filipina sudah sekitar 730 ribu anak yang mendapatkan vaksin Dengvaxia. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Yogyakarta, dr. Wikan Indrarto, mengimbau para dokter spesialis anak untuk menunda pemberian vaksin tersebut hingga ada arahan lanjut. "Pada anak yang sebelumnya tidak terinfeksi virus dengue, terbukti bahwa dalam jangka panjang, justru lebih banyak kasus Dengue berat yang mungkin terjadi setelah vaksinasi. Temuan ini menyoroti sifat kompleks infeksi virus Dengue sesuai hipotesis infeksi sekunder," jelas dr Wikan.
Dengan adanya imbuan tersebut, sebaiknya Anda menahan diri dulu jika ingin memberikan vaksin demam berdarah untuk anak. Sebagai gantinya, pastikan Anda memperhatikan kebersihan lingkungan agar nyamuk penyebar demam berdarah tidak berkembang biak di lingkungan Anda.