Hingga saat ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak tergerak untuk melakukan vaksinasi karena merasa belum membutuhkan. Tak hanya itu, banyak pula masyarakat Indonesia yang menjadi anti vaksin karena ragu akan kualitas dari vaksin itu sendiri. Banyak masyarakat yang malas berkunjung ke puskesmas untuk mendapatkan vaksin yang memang sudah menjadi program pemerintah. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran pemerintah karena masyarakat yang malas vaksin ditakutkan menularkan virus maupun benih penyakit ke orang-orang di sekitarnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek menegaskan bahwa imunisasi dasar yang diberikan secara gratis oleh puskesmas adalah vaksin yang berkualitas. Banyak masyarakat yang ragu dengan keaslian maupun kualitas vaksin-vaksin dasar yang diberikan oleh puskesmas karena diberikan secara gratis. Hal ini tidak benar. Menurut Nila, imunisasi dasar yang diberikan oleh puskesmas secara cuma-cuma seperti vaksinasi Hepatitis B, BCG, Polio, hingga DPT diberikan secara gratis karena vaksin-vaksin tersebut merupakan bagian dari program pemerintah. Kementerian Kesehatan membeli vaksin-vaksin tersebut agar anak Indonesia tidak terserang penyakit.
Sebagai contoh adalah vaksin difteri yang sekarang banyak disebarkan di berbagai daerah di Indonesia seiring dengan mewabahnya penyakit difteri. Menurut Menteri Kesehatan yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia tersebut, vaksin diproduksi oleh perusahaan dalam negeri dan sudah diekspor ke 136 negara. Jadi, vaksin difteri yang diberikan tidak mungkin berkualitas buruk. Efek samping yang muncul seusai penyuntikan vaksin difteri seperti rasa pegal dan demam adalah hal yang normal terjadi dan semua vaksin difteri yang diproduksi oleh perusahaan manapun akan memunculkan reaksi yang sama.