Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita sering menjumpai ada dua (2) model penulisan kata dalam bahasa Indonesia yakni “apotek” dan ”apotik”. Pernahkah terpikir dalam benak Anda, manakah yang benar? Atau, apakah keduanya memiliki perbedaan makna? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, berikut kami berikan ulasannya.
Perbedaan penulisan kata “apotek” dan “apotik” adalah salah satu contoh kasus salah kaprah dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini bisa terjadi di banyak kalangan, termasuk media masa. Kata “apotek” dan “apotik” diserap dari ejaan asing yang sama yaitu bahasa Belanda “apotheek” yang berarti tempat menjual dan kadang membuat atau meramu obat. Istilah “apotheek” ini berasal dari bahasa Yunani “apotheca” yang secara harfiah berarti “gudang” atau "penyimpanan".
Dalam bahasa asalnya tersebut, dapat kita lihat bahwa gugus vokal yang digunakan pada suku kata ketiga kata “apotheek” adalah “ee”, bukan “ie”. Sesuai dengan kaidah atau ketentuan penyesuaian ejaan asing ke dalam bahasa Indonesia yang telah diatur dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, huruf “ee” diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “e”. Oleh karena itu, penulisan yang baku adalah “apotek”, bukan “apotik”. Selanjutnya, ‘ahli dalam ilmu obat-obatan’ disebut sebagai “apoteker”, yang merupakan serapan dari kata “apotheker” dalam bahasa Belanda, bukan “apotiker”.
Selama ini, kasus salah kaprah penulisan kata dalam bahasa Indonesia dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai hal yang lazim / biasa. Namun, jika hal tersebut terus dilakukan secara berulang-ulang tanpa ada yang mengoreksi atau mengingatkan, selamanya orang akan beranggapan bahwa apa yang ia tulis sudah benar. Asalkan orang tahu apa yang dimaksud, tentu tidak akan jadi masalah, dengan kata lain “asal nyambung”.
Padahal, sejatinya bahasa lebih dari sekedar alat komunikasi. Bahasa merupakan jati diri (menunjukkan cara berfikir) dan alat pemersatu suatu bangsa. Jika terjadi keberagaman penulisan untuk satu kata saja dalam suatu bangsa -apalagi jika kata tersebut diserap dari bahasa asing- bagaimana bangsa lain akan memandang kita?
Franz Magnis Suseno S.J. (tokoh budayawan Indonesia) pernah mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan rata-rata orang Indonesia buruk dalam berbahasa Indonesia adalah sifat malas berpikir untuk mencari kata-kata yang tepat dan benar sesuai kaidah dalam bahasa Indonesia.
Nah, Sobat Sehat, tidak mau kan dicap sebagai bangsa yang asal nyambung dalam berbahasa? Ejaan yang Disempurnakan (EYD) tidak dibuat dengan asal-asalan. Oleh karena itu, Apotek K-24 menggunakan kata “apotek”.
Mulai dari sekarang mari kita budayakan menulis kata “apotek”, bukan “apotik”, dan “apoteker” bukan “apotiker”.
Salam Sehat. (*)