Sebuah studi baru mengungangkapkan bahwa vape atau rokok elektronik dapat menyebabkan mutasi DNA yang menyebabkan kanker. Riset dengan menggunakan tiruan kantung kemih yang dibuat dan diuji coba pada uap vaping yang dirancang untuk menghindari produk sampingan karsinogenik dari tembakau. Mereka telah menemukan banyak sel-sel bermutasi dan menjadi kanker pada tingkat yang lebih tinggi dari perkiraan, dan tikus yang terpapar asap juga mengalami kerusakaan DNA secara signifikan.
Beberapa hari setelah hasil penelitian dirilis pada 29 Januari 2018, Food and Drug Administration (FDA) menolak produk vault elektronik iQOS Philip Morris yang sehat, dengan mengatakan bahwa hal itu tidak lebih sehat daripada tembakau. E-cigarette smoke (ECS) memberikan nikotin melalui aerosol tanpa membakar tembakau. Sementara asap tembakau mengandung nitrosamin dan banyak bahan kimia karsinogenik dari pembakaran, ECS mengandung nikotin dan beberapa pelarut organik yang relatif tidak berbahaya.
Akibatnya, vape yang biasa disebut bahasa sehari-hari, telah dipromosikan tidak bersifat karsinogenik; pengganti tembakau yang lebih aman. Kemudian muncul studi baru, seperti dilansir Daily Mail, bahwa perokok elektronik memiliki karsinogen paru-paru 97 persen lebih sedikit dalam cairan tubuhnya dibandingkan dengan perokok tembakau. Namun, para ahli memperingatkan bahwa tidak berarti aman dan tidak berisiko terkena kanker. Studi yang menguatkan bahaya vape juga muncul oleh Moon-shong Tang, dari departemen kedokteran lingkungan menyebutkan bahwa produk tembakau lainnya, bukan nikotin dapat menyebabkan kanker dan merusak kesehatan lainnya. Sehingga vape memberikan lebih sedikit karsinogen daripada asap tembakau, peroko elektronik mungkin memiliki resiko lebih tinggi daripada orang yang bukan perokok terhadap peningkatan kanker paru, kandung kemih dan penyakit jantung.
Sumber : doktersehat.com