MENGATASI ASMA, PILIH OBAT ORAL ATAU INHALASI, YA?

Sobat Sehat, untuk pengobatan asma dikenal ada obat-obatan yang diminum dan ada pula yang dihirup (inhaler). Pemberian obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan tingkat keparahah asma yang diderita. Asma ringan mungkin cukup diobati pada saat serangan dan tidak perlu terapi jangka panjang. Sedangkan, asma yang sedang sampai berat perlu dikontrol dengan pengobatan jangka panjang untuk mencegah serangan berikutnya. Ngomong-ngomong, jenis sediaan obat apa ya yang sebaiknya digunakan? 


Untuk asma ringan, obat pelega saluran nafas yang diberikan biasanya memiliki aksi yang cepat dalam melonggarkan saluran nafas. Contohnya adalah salbutamol, terbutalin, ipratropium bromide, dan teofilin atau aminofilin. Sebagai pilihan pertama, obat yang biasanya diberikan adalah salbutamol yang terdapat dalam berbagai bentuk sediaan seperti tablet, sirup, atau inhalasi.


Pilihan lainnya, terbutalin hanya dijumpai dalam bentuk sediaan oral (obat minum), aminofilin dalam bentuk injeksi, dan teofilin dalam bentuk tablet dan sirup yang biasanya dikombinasi dengan obat lain seperti efedrin atau salbutamol. Obat-obatan tersebut bisa diperoleh harus dengan resep dokter, kecuali untuk obat kombinasi teofilin dan efedrin yang dapat diperoleh tanpa resep.


Untuk pengobatan asma sedang sampai berat yang diperlukan terapi jangka panjang. Obat pilihan pertama yang bisa digunakan adalah inhalasi kombinasi budesonide dan formoterol, dan kombinasi salmeterol dan flutikason. Obat lain yang diindikasikan untuk pencegahan serangan asma adalah ketotifen (suatu antialergi), teofilin lepas lambat, dan sodium kromoglikat / nedokromil. Namun, obat-obatan ini adalah pilihan kedua jika pilihan pertama tidak ada atau tidak berefek.


Idealnya, obat-obat untuk terapi asma memang diberikan secara inhalasi atau dihirup melalui mulut. Keuntungan dari bentuk sediaan obat ini adalah lebih cepat mencapai sasaran (saluran nafas) dibandingkan obat oral yang harus “jalan-jalan” dulu melalui lambung, usus, pembuluh darah, dan baru mencapai targetnya di saluran nafas. Dengan demikian, efeknya lebih cepat diperoleh dengan dosis yang jauh lebih kecil dibandingkan obat oral. Hal ini sangat penting terutama pada serangan akut yang membutuhkan efek pelega nafas yang cepat.


Selain itu, efek sampingnya relatif kecil karena digunakan secara lokal di saluran nafas sehingga sedikit sekali obat yang masuk ke peredaran darah.  Hal ini menguntungkan terutama untuk terapi jangka panjang, apalagi jika jenis obatnya steroid. Steroid jika diberikan secara oral dalam jangka panjang akan menimbulkan efek samping seperti moon face, diabetes, osteoporosis, hipertensi, mudah infeksi, dll.


Namun, sediaan inhalasi juga memiliki kelemahan. Harganya relatif masih mahal bagi sebagian kalangan masyarakat dan setiap jenis inhaler memerlukan teknik penggunaan tersendiri yang harus dikuasai pasien. Bentuk meter-dose inhaler (MDI) misalnya, seringkali anak-anak dan lansia yang sudah gemetaran mengalami kesulitan menggunakannya karena perlu koordinasi yang pas antara menghirup dan menekan obatnya.


Oleh karena itu, untuk mendapatkan obat dan jenis sediaan yang tepat sebaiknya pastikan dahulu tingkat keparahan asma Anda melalui konsultasi dan pemeriksaan dokter. Obat oral boleh saja digunakan selama Anda memang mendapatkan manfaat dari obat tersebut. Namun, waspadalah terhadap efek samping yang mungkin terjadi, apalagi jika penggunaannya tidak dibatasi. Dan apabila Anda diresepkan obat inhalasi, tanyakan kepada Apoteker untuk cara penggunaannya yang benar dan rajinlah berlatih menggunakannya. 


Salam Sehat..